Yeah! (Pengantar Pameran Kembali Ke Masa Depan)

Kita sering mengumpat ketika menghadapi pengguna jalan yang seenaknya. Dan umpatan itu seringkali spesial ditujukan pada pengendara kendaraan seperti motor dan kendaraan umum yang tidak kenal aturan. Kita mengumpat karena mereka bertingkah seperti binatang di jalanan. Padahal tanpa disadari di balik kemudi setir seringkali kita juga menjelma menjadi binatang. Dan ya, binatang itu termasuk juga saya.

Umpatan ‘pengendara bodoh’ juga kerap kita sematkan memukul rata semua pengguna kendaraan di atas roda-roda mereka. Meskipun sebetulnya masih banyak pengendara yang rela bersabar mengantri, tidak mudah terpancing untuk menyerobot dan melanggar rambu-rambu hanya karena semua orang melakukannya. Namun sayangnya mereka ini jumlahnya kalah banyak, sehingga jalan raya kini seperti neraka. Tidak hanya kemacetan, namun juga perangai pengendaranya begitu ganas. Transportasi umum yang layak sebetulnya adalah solusi mutlak. Namun dengan kondisi angkutan umum yang semerawut saat ini, akhirnya mereka tidak menjadi pilihan populer.

Ada persoalan krisis kepercayaan jika membicarakan angkutan umum (angkot). Masalah seperti ngetem terlalu lama, menyetir ugal-ugalan, asap rokok, belum lagi faktor keamanan. Ramai-ramai beralih menggunakan kendaraan pribadi ternyata hanya jadi perpanjangan masalah dan justru malah menjadi donatur kemacetan. Kemudian angkot yang kehilangan penumpang merasa perlu untuk ngetem lebih lama, menyetir ugal-ugalan untuk bersaing dengan angkot lain demi mengejar penumpang dan setoran. Lalu terciptalah lingkaran setan. Semuanya menjadi pemburu. Kita memburu waktu, dan angkot memburu penumpang. Semuanya saling berlomba. Kemudian semua menjadi sangat individualis, serba terburu-buru dan tidak sabaran. Hasilnya jalan raya kini telah menjadi rimba belantara roda-roda gila. Siapa cepat dia pemenang. Sayangnya angkot sepertinya tidak beruntung menjadi pemenang.

Kini angkot menjadi pilihan terakhir. Dan bagi pengguna kendaraan pribadi, angkot hanya jadi sekedar kisah romantisme masa lalu. Interaksi sosial yang lekat dengan kendaraan umum ini menjadi kisah obrolan nostalgis. Seperti ketika bertemu lawan jenis yang menarik, mencuri kesempatan untuk duduk dengannya, sukur-sukur mendapatkan nomor teleponnya. Kalaupun tidak, hanya sekedar bisa menandakan tempat tinggalnya dari lokasinya turun dari angkot juga prestasi yang lumayan. Ada juga berbagai pengalaman yang menyebalkan tapi konyol seperti, kebiasaan ngerem mendadak, salah naik angkot, ketiduran sehingga telat turun, menjadi tahu tentang tren musik yang sedang berlaku di kalangan supir angkot, ataupun ketika sial kebagian duduk di ‘bangku ulang tahun’, bangku tambahan di pintu masuk yang sangat jauh dari kenyamanan.

Kesadaran sosial dan optimisme transportasi umum adalah hal yang coba dimunculkan dalam pameran ini. Karena transportasi umum yang layak adalah solusi mutlak. Sesuai tema tersebut, kami mengembalikan pameran ini kepada masyarakat umum dengan membuka peluang sebesar-besarnya kepada semua orang yang ingin menyumbangkan karya berupa pengalaman atau imajinasi seputar angkot. Juga membebaskan media karya sebebas bebasnya. Maka kini terkumpul 27 karya dari Bandung, Jakarta, Bogor, Yogyakarata, Solo, Semarang hingga Denpasar. Mereka terdiri dari seniman, pelajar hingga masyarakat umum. Masing-masing mereka mengirimkan pandangan dan harapan mereka pada masa depan transportasi kota. Saya juga berharap pameran ini bisa jadi salah satu pijakan untuk mengembalikan kepercayaan kita pada sarana transportasi umum tanpa perlu menyalahkan pihak tertentu.

Judul Kembali Ke Masa Depan diipilih dengan harapan membangkitkan kesadaran bahwa sebenarnya kita adalah penentu masa depan. Sesederhana itu. Namun bila judul tersebut terdengar seperti penjelajah waktu dalam kisah-kisah fiksi ilmiah, Anda tidak salah. Bukannya tidak mungkin semua yang terlibat dalam pameran termasuk Anda yang membaca tulisan ini ternyata adalah agen-agen terpilih dari masa depan untuk menangani kemacetan di masa depan. Yeah.

Anto Arief

Kembali ke Masa Depan

oleh: Riset Indie & Rifandy Priatna

Pembukaan + Diskusi
Sabtu, 20 September
Pkl. 16:00 – 21:00 WIB
di Roemah Seni Sarasvati
Jl. Jend Sudirman 137
Bandung.

(Pameran berlangsung hingga 04 Oktober 2014 | Roemah Seni Sarasvati, Buka setiap Selasa – Minggu, Libur di hari Senin)

Kurasi oleh:
Anto Arief &
Rifandy P.

Seniman:
– Ahmet Harahap
– Aliansyah
– Ario Anindito
– Elsa Paramita
– Gian
– Harry A Mawardi
– Hery Mulyana
– Jimmy Limantara
– Karin Josephine
– Mardiyyan Nur Zaenudin
– M Ferdy Pratama
– Muchlis Fachri
– Mufti Priyanka
– Muhammad Sabil H
– Panca DZ
– Petrianika N Rumeksa
– Prabu Perdana
– Puji Lestari Ciptaningrum
– Puput Sri Rezeki
– Rezza Rainaldy
– Riandy Karuniawan
– Rizky Zakaria
– Rukmunal Hakim
– STEREOFLOW
– Wanara Studio
– WUlang Sunu

Penampilan Musik Masa Depan oleh:
– Opikobra
– Them On Yet

Pameran akan berlangsung dan diadakan di dua tempat terpisah pada bulan September 2014.
– Roemah Seni Sarasvati, Bandung, Indonesia.
– Dutch Design Week, Eindhoven, Belanda.

http:kembalikemasadepan.info

KKKMD

DSCF3379

Sambutan Para Kurator

DSCF3390

Perfomance Artist Aliansyah Membuka Pameran

DSCF3395

Aliansyah Berinteraksi Dengan Pengunjung

DSCF3398

Suasana Pameran

DSCF3401

Penampilan Dari Them On Yet

DSCF3406

Penampilan Semester Depan



Tinggalkan komentar